Coaching, Conseling, and Mentoring



Hai teman-teman…
Kali ini saya akan membahas apa itu coaching, conseling, dan mentoring
a.    Coaching
Menurut Jarvis (2004) Coaching sebagai mengembangkan keterampilan dan pengetahuan seseorang, sehingga kinerja mereka akan membaik, dan mengarah pada pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan Withmore (1996) memandang Coaching sebagai cara dan alat peningkatan kinerja strategis, yang berusaha untuk membuka potensi.
Menurut Passmore (2012) ketika diaplikasikan dengan tepat, coaching dapat menghasilkan situasi win-win bagi semua pihak. Manfaat atau keuntungan dari coaching dapat berdampak besar pada pencapaian hasil dalam waktu yang cukup singkat.
Secara khusus coaching dapat membantu dalam (Passmore, 2012):
- Meningkatkan performa dan produktivitas kinerja individu maupun organisasi
- Meningkatkan komitmen dan motivasi kerja
- Menjadi bagian dalam nilai dan perilaku organisasi
- Meningkatkan keterampilan dan pengoptimalisasian individu
- Memperbaiki hubungan kerja antara individu dan departemen
- Menciptakan gagasan-gagasan yang kreatif
- Meningkatkan fleksibilitas dan adaptibilitas karyawan
- Kesempatan untuk mendapatkan keterampilan yang baru dan berbeda
- Kepuasan kerja yang lebih baik dan berkurangnya tingkat absen karyawan
- Komunikasi yang lebih efektif
- Budaya organisasi yang lebih terbuka dan produktif
- Kesadaran akan pembelajaran organisasi
Di dalam proses coaching yang bersifat dyadic, selalu terdapat dua pihak yang terlibat yaitu pemberi coaching (coach) dan penerima coaching (coachee). Berikut akan dijelaskan mengenai prinsip-prinsip dassar dari seorang coach yang baik untuk terciptanya coaching yang efektif.


Prinsip-prinsip Dasar Coaching
Terdapat tujuh prinsip coaching yang merupakan dasar atau pondasi yang perlu dipahami baik oleh coach maupun coachee, yaitu (Wilson, 2011):
a. Kesadaran
Tujuan dari proses coaching adalah diperolehnya kesadaran bagi coachee, dimana mereka mengenali tujuan sendiri dan mau melakukan perubahan. Ini disebabkan apapun yang dikatakan dan dilakukan oleh coach terpusat pada upaya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai diri coachee sendiri.
b. Tanggung Jawab
Prinsip utama dari proses coaching adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dengan apa yang sudah menjadi keputusan kita. Kita belajar lebih banyak dengan mencari sendiri, bukan hanya mendengarkan perkataan orang. Kita lebih suka membuat keputusan sendiri daripada diarahkan orang lain. Maka dari itu, yang diperlukan dalam proses coaching adalah dukungan dan dorongan untuk terus mencoba. Coach bertanggung jawab terhadap proses dan coachee bertanggung jawab terhadap isi.
c. Percaya Diri
Orang mengembangkan kepercayaan diri dengan diberi ruang untuk belajar, baik dengan melakukan kesalahan, maupun melalui upaya pencapaian tujuan. Ketika karyawan mempelajari tugas baru, maka yang membantu mereka adalah ketika manajemen membiarkan mereka sendiri melakukan tugas-tugas berdasarkan dukungan dan panutan yang diberikan. Memberi pujian kepada orang karena mereka pantas mendapatkannya akan membangun kepercayaan diri, memantapkan keyakinan untuk mencapai lebih dan menambah energi untuk menggapainya.
d. Tidak Menyalahkan
Dalam budaya coaching, kesalahan dipandang sebagai pengalaman belajar. Coachee belajar lebih banyak dari tindakan-tindakan yang belum mereka tuntaskan, karena baru sejauh itulah pengetahuan yang mereka miliki. Coaching hadir bukan untuk merumuskan pendapat mengenai perihal benar atau salah bagi coachee. Hanya coachee-lah yang mampu mengenal papan petunjuk ke arah mana mereka harus melangkah, seorang coach hanya menambah nilai dengan membersihkan kabut yang menutupi papan petunjuk agar arah yang ada bisa terbaca dengan baik.



e. Fokus Pada Solusi
Ketika kita berkutat dengan satu persoalan, maka persoalan itu akan membesar. Namun ketika kita fokus pada solusi, maka persoalan itu bisa ditangani dan kita mendapatkan energi yang lebih besar untuk menanganinya. Saat Anda berpikir jauh ke depan menuju solusi, sekalipun belum ada jawaban pasti terhadap persoalan itu, Anda akan merasa lebih optimis dan memiliki energi yang menguat.
f. Tantangan
Pada umumnya kita menyukai tantangan dan berupaya untuk menggapainya (dengan mengeluarkan semua tenaga dan pikiran) dalam sebuah lingkungan yang suportif dan membesarkan hati. Terkadang kita tidak menyadari terdapat batas-batas, baik dalam diri maupun lingkungan untuk mencapai sasaran yang melebihi dari seharusnya (diperlukan). Pada situasi seperti ini, tugas coach adalah memberikan perspektif baru bagi coachee untuk lebih melihat segala sesuatu secara proporsional.
g. Tindakan
Coaching menyingkapkan perspektif dan kesadaran baru. Coachee mendapatkan wawasan baru yang memungkinkan tersedianya banyak pilihan yang pada gilirannya akan menimbulkan keinginan untuk bertindak dan berubah. Coach menjamin bahwa energi ini tersalur ke dalam tindakan dan perubahan perilaku yang tepat.
Model Coaching
Menurut Wilson (2011), model coaching merupakan kerangka berpikir yang mendukung kekuatan intuitif dan keterampilan coaching. GROW merupakan model coaching yang dikembangkan semenjak tahun 1980-an oleh Sir John Whitmore. GROW merupakan salah satu model coaching yang sangat spesifik karena menunjukkan langkah-langkah yang perlu dilewati seorang coach agar proses coaching efektif. GROW, singkatan dari Goal (tujuan), Reality (realitas), Options (pilihan), dan Wrap-up (ringkasan). Berikut adalah penjelasan dari model GROW yang sekaligus merupakan langkah-langkah dalam melakukan coaching:
a. Menetapkan tujuan
Penetapan tujuan adalah hakikat dari coaching. Jika tidak mengetahui kemana arah tujuan dari proses yang dilakukan, maka sejauh mana pencapaian hasil pun akan sulit diketahui. Pelatih (coach) menanyakan hal spesifik terhadap individu untuk memastikan bahwa mereka menetapkan tujuan yang ingin dicapai secara jelas. Perencanaan tujuan dapat dibuat secara spesifik (Specific), terukur (Measureable), menetapkan langkah-langkah yang akan dilakukan (Action related), realistis dapat tercapai (Realistic), dan memiliki batas waktu (Time bound).  
Pada tahap ini, peserta (coachee) diminta untuk menceritakan masalah atau kendala yang dialami terlebih dahulu. Kemudian coach diharapkan akan menggiring pada penetapan tujuan dan sehingga disusunlah rencana dengan memenuhi unsur seperti telah disebutkan diatas.
b. Mengetahui hal-hal yang terjadi secara objektif
Di dalam proses coaching, klien harus memiliki target yang realistis yang disesuaikan dengan kondisi dimana mereka berada dan darimana mereka harus memulai. Tujuan dari tahap ini adalah mengetahui dengan baik situasi yang terjadi dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyeluruh, coachee juga akan lebih berpikir dan mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Pada tahap ini, coach harus menghindari asumsi atau judgement yang terlalu cepat melainkan terbuka akan informasi yang seluas-luasnya.
c. Mengemukakan alternatif, umpan balik, dan solusi
Pada tahap ini, coach memandu individu dalam memikirkan berbagai cara untuk mencapai tujuan dan individu memutuskan sendiri cara penyelesaian masalah. Tahap ini seperti melakukan brainstorming yaitu dengan mengungkapkan semua yang mungkin dan tidak mungkin, apa manfaatnya, sumber daya yang dapat digunakan, dampak dan resiko yang mungkin dihadapi. Membuat kesepakatan untuk perbaikan dan peningkatan tahap akhir ini adalah mengulas apa yang telah didiskusikan, meyakinkan dan memastikan kembali apa yang akan dilakukan oleh coachee. Coach memberikan dorongan dan memunculkan motivasi coachee agar dapat melakukan peningkatan serta komitmen untuk benar-benar menghasilkan perubahan perilaku. Target waktu dan hasil pencapaian juga disepakati kembali pada tahap ini. Selain itu, dilakukan pendokumentasian agar pada sesi coaching berikutnya dapat dilakukan evaluasi dan pembenahan yang efektif.
B.     Counseling
Definisi
Menurut MC Daniel, (1956) konseling merupakan suatu pertemuan langsung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan lingkungan sedangkan Rogers (1971) Mendefinisikan konseling sebagai hubungan yang membantu (helping relationship)

Tujuan
Tujuan konseling menurut John Mc Leod dalam buku Pengantar Konseling edisi ketiga, tahun 2006, ialah sebagai berikut:

1.      Pemahaman. Adanya akar pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan emosional, mengarah kepada peningkatan kapasitas untuk lebih memilih kntrol rasional ketimbang perasaan dan tindakan. Seperti yang dikatakan Freud, dimana ada id, maka di situ ada ego.
2.       Berhubungan dengan orang lain. Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan bermakna dan memuaskan dengan orang lain. Misalnya, dalam keluarga ataupun di tempat kerja.
3.      Kesadaran diri. Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang selama ini ditahan atau ditolak, atau mengembangkan perasaan yang lebih akurat berkenaan dengan bagaiman penerimaan orang lain terhadap diri.
4.      Penerimaan diri. Pengembangan sikap positif terhadap diri, ditandai oleh kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subyek kritik diri dan penolakan.
5.      Aktualisasi atau inividuaasi. Pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau penerimaan integrasi bagian diri yang sebelumnya saling bertentangan.
6.      Pencerahan. Membantu klien mencapai kondisi kesadaran spiritual yang tinggi.
7.      Pemecahan masalah. Menemukan pemecahan problem tertentu yang tak bisa dipecahkan oleh klien seorang diri. Menurut kompentensi umum dalam pemecahan masalah.
8.      Pendidikan psikologi. Membuat klien mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan mengontrol tingkah laku.
9.      Memilih ketrampilan sosial. Mempelajari dan menguasai ketrampilan sosial dan interpersonal seperti mempertahankan kontak mata, tidam menyela pembicaraan, asertif, ataupun pengendalian kemarahan.
10.  Perubahan kognitif. Modifiksi atau mengganti kepercayaan yang tidak rasional atau pola pemikiran yang tidak dapat diadaptasi, yang diasosiasikan dengan tingkah laku penghancuran diri.
11.  Perubahan tingkah laku. Modifkasi atau mengganti pola tingkah laku yang meladaptif atau merusak.
12.  Perubahan sistem. Memperkenalkan perubahan dengan cara beroperasinya sistem sosial. Contonya, keluarga.
13.  Penguatan. Berkenaan dengan kertampilan, kesadaran, dan pengetahuan yang akan membuat klien mampu mengontrol kehidupannya.
14.  Restitusi. Membantu klien membuat perubahan  kecil terhadap perilaku yang merusak.
15.  Reproduksi (generativity) dan aksi sosial. Menginspirasikan dalam diri seseorang hasrat dan kapasitas untuk peduli terhadap orang lain, membagi pengetahuan, dan mengkontribusikan kebaikan bersama (collective good) melalui kesepakatan polotik dan kerja komonitas.

Fungsi konseling
1.      Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, siswa diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2.      Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para siswa dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
3.      Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
4.      Fungsi Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
5.      Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
6.      Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa (siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai siswa, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan siswa.
7.      Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa (siswa) agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif

C.     Mentoring

Definisi
Menurut Crawford (2010) Mentoring merupakan hubungan interpersonal dalam bentuk kepedulian dan dukungan antara seseorang yang berpengalaman dan berpengetahuan luas dengan seseorang yang kurang berpengalaman maupun yang pengetahuannya lebih sedikit. Sedangkan  menurut Zachary (2005) Mentoring merupakan hubungan pembelajaran timbal balik dan kolaaboratif antara dua orang atau lebih yang memiliki tanggungjawab dan tanggunggugat/akuntabilitas yang sama untuk membantu mentee bekerja mencapai sasaran pembelajaran yang jelas dan didefinisikan bersama.
Manfaat Mentoring
Menurut Greenhause dan callanan (2006) ada beberapa manfaat mentoring, yaitu diantaranya:
1. Mentoring mempercepat pembelajaran
2. Mentoring mentransfer pengetahuan secara terpadu
3. Mentoring merupakan bonus
4. Mentoring meningkatkan karir
5. Kompetensi
6. Penetapan tujuan
7. Motivasi dan kepuasan
8. Kemampuan dipekerjakan (employability)
9. Dukungan psikososial
10. Kreativitas
11. Peluang jejaring
12. Perubahan organisasi
13. Perubahan personal
14. Efektivitas waktu
15. Meningkatnya kemungkinan sukses
16. Kurva belajar keterampilan teknis lebih singkat
17. Meningkatnya kesadaran terhadap organisasi
Pengaruh Mentoring
Greenhouse dan Callanan (2006) memberikan beberapa masukan tentang beberapa pengaruh yang didapat dari sebuah organisasi yang melakukan mentoring, berikut beberapa pengaruh dari mentoring:
· Dapat mencapai kesuksesan karir seseorang atau karyawan
·Meberi manfaat kepada mentee, mentor dan juga organisasi.
·Memiliki kepuasan kerja baik bagi karyawan maupun atasan, karena dengan karyawan memiliki kepuasan kerja yang baik makan mereka akan selalu meningkatkan kualitas kerja mereka dan akan mendapatkan imbalan yang pas atau gaji yang lebih atau jabatan  sehingga dapat mengurangi karir yang stuck (Career Plateau), dan atasan menerima hasil kerja mereka secara puas sehingga dapat memajukan organisasi tersebut.
·Menurunnya stress kerja yang dihadapi disebuah perusahaan
·Menurunkan niat karyawan untuk meninggalkan atau pindah dari organisasi (Turnover Intention)
·Meningkatkan produktivitas karyawan


Daftar Pustaka
McLeod, John. 2006. Counselling Skill. Poland: McGrao-Hill Companies
Jaevis, Mat. 2009. Teori-teori Psikologi : Pendekatan Modern untuk Memahami Prilaku, Perasaan dan Pikiran Manusia. Bandung Nusa Media.
Passmore, J. 2010. Excellence in Coaching Panduan Lengkap Menjadi Coach Profesional. Edisi Terjemahan. Penerbit PPM, Jakarta.
Wilson, C. 2011. Performance Coaching Metode Baru Mendongkrak Kinerja Karyawan. Edisi terjemahan. Penerbit PPM, Jakarta.
McDaniel, H.B. (1956). Guidance in the Modern School. New York: The Dryden Press
Mcleod, John. 2008. Pengantar Konseling : Teori dan Kasus, Edisi Ketiga. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Crawford, JR & Henry, JD., 2003. The Depression Anxiety Stress Scale (DASS): Normative data and latent structure in a large non-clinical sample. British Journal of Clinical Psychology (2003), 42, 111-113. http:// www.serene.m

Komentar

  1. jadi menurut anda yang manakah lebih efektif dalam tujuannya?

    BalasHapus

Posting Komentar